Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditi prioritas dalam program revitalisasi pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia. Kenapa perlu ditingkatkan karena seperti yang telah diketahui bahwa impor kedelai Indonesia mencapai lebih dari 50% kebutuhan akan konsumsi kedelai yaitu kurang lebih sebesar 1,2 juta ton pertahun. Impor yang sangat tinggi ini disebabkan karena masyarakat lebih menyukai kedelai impor yang lebih besar daripada kedelai dalam negeri. Selain itu, masih banyak yang beranggapan bahwa kedelai merupakan tanaman subtropika sehingga sulit untuk dikembangkan. Bila dilihat dari daerah aslinya, anggapan ini memang tidak salah, tetapi dengan semakin berkembangnya teknologi dimungkinkan untuk memperoleh varietas unggul untuk daerah tropika dengan kualitas yang tidak kalah.
Menurut Kompas.com, 3 September 2010, menyebutkan bahwa Harry bersama Arwin, Tarmizi, Masrizal, dan Muchlis Adie telah berhasil membuat kedelai Mutiara 1 sebagai varietas unggul yang diluncurkan oleh Menteri Pertanian Suswono pada 22 Juli 2010. Deskripsi kedelai Mutiara 1 yang superbesar didasarkan pada bobot rata-rata 23,2 gram per 100 biji. Ini lebih besar daripada kedelai impor Amerika Serikat yang hanya sekitar 18 gram per 100 biji. Varietas kedelai hasil iradiasi nuklir yang diberi nama Mutiara 1 itu dikerjakan para periset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) selama enam tahun antara 2004 dan 2010.
Berdasarkan hal itu, maka tidak ada alasan tidak bisa bagi Indonesia untuk tidak meningkatkan produksi kedelainya. Hal ini sesuai dengan salah satu program Kementerian Pertanian yang dianggap sukses jika bisa swasembada kedelai. Direncanakan swasembada kedelai ini dicapai pada tahun 2014. Swasembada ini dikatakan tercapai jika pada tahun 2014 target produksinya minimal harus sama dengan proyeksi permintaan dalam negeri.
Berdasarkan hal itu, perlu bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara teknik budidaya yang baik dan teknologi yang dapat diterapkan. Selain itu, perlu adanya pengetahuan tata niaga mengenai distribusi dan pemasaran komoditi kedelai ini baik dari produksi petani Indonesia maupun impor. Karena dengan hal ini, kita mampu mengetahui fluktuasi harga yang terjadi di setiap rantai tata niaga. Sehingga harapannya harga kedelai dapat terkontrol dengan baik dan melindungi petani kita untuk dapat membudidayakan kedelai di Indonesia.
Tujuan
1. Mengetahui subsistem input kedelai dan lembaga penunjangnya serta perananya terhadap input kedelai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar