Sabtu, 04 Juni 2011

Agroindustri dan Pemasaran Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) sebagai Sumber Energi Hijau yang Terbarukan (Biofuel) serta Kebijakan Pengembangannya di Indonesia

Hmm, kali ini gue lagi berbaik hati ngasih temen-temen ilmu. Neh makanan jarak pagar oleh gue dan temen-temen gue yang metal-metal. *akhirnya ilmu agribisnis gue kepake juga,, http://www.emocutez.com hahha *maafkan mahasiswa mu yang satu ini pak!!! http://www.emocutez.com


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Berdasarkan pengamatan terhadap keragaman di alam, tumbuhan ini diyakini berasal dari Amerika Tengah, tepatnya di bagian selatan Meksiko. Ke Indonesia, tumbuhan ini didatangkan oleh Jepang ketika menduduki Indonesia antara tahun 1942 dan 1945. Tumbuhan ini direncanakan sebagai sumber bahan bakar alternatif bagi tank dan pesawat perang sewaktu Perang Dunia II. Tanaman jarak ini termasuk ke dalam tanaman yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur asalkan memiliki drainase baik (tidak tergenang) dengan pH tanah optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ia sanggup menghasilkan secara ekonomis pada tempat dengan curah hujan hanya empat bulan, berbeda dari kelapa sawit yang memerlukan curah hujan konstan untuk hasil terbaiknya.
Kegunaan dan manfaat tanaman jarak pagar ini banyak sekali. Selain bijinya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif, seluruh bagian dari jarak pagar ini dapat dimanfaatkan sebagai produk agribisnis non-pangan. Mulai dari daun sampai kulit batang memiliki produk  turunan, misalkan : ekstraksi daun dan getah dapat dimanfaatkan menjadi obat-obatan (biofarmaka), ekstraksi kulit batang dijadikan tannin dan pupuk, dan cangkang buah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan biogas. Dari seluruh manfaat tanaman jarak pagar ini, pengembangan sumber energi alternatif (biofuel) adalah yang menjadi fokus utama pemanfaatan tanaman jarak pagar ini. Hal tersebut terlihat dalam Deklarasi Gerakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan dan Krisis BBM melalui penanaman jarak pagar pada tahun 2005.
Di tengah krisis energi yang melanda dunia sebagai akibat kelangkaan sumber bahan bakar fosil telah menyebabkan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini telah mendorong pemerintah untuk mengupayakan penghematan energi nasional dari bahan yang dapat diperbaharui, khususnya tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dapat di olah menjadi bahan minyak pengganti minyak bumi (solar dan minyak tanah). Menurut data Automotif Diesel Oil (ADO), konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri dan diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun depan. Untuk menjawab kelangkaan dan keterbatasan energi fosil tersebut, beberapa gerakan telah dicanangkan oleh Presiden RI antara lain program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan dengan salah satu fokusnya adalah pengembangan Research and Development (R&D) melalui pemanfaatan biodiesel berbahan baku hasil tanaman dan melaksanakan menghematan energi di segala lapisan masyarakat.
Prospek pengembangan biodiesel di Indonesia cukup menjanjikan. Dengan segala kekuatan daya dukung, kebutuhan akan bahan bakar sudah dapat diatasi dari hadirnya biodiesel. Pasar untuk biodiesel seperti halnya juga pada komoditas energi lainnya sangat luas, tetapi masih belum terbuka. Untuk itu, perlu upaya maksimal dari seluruh stakeholder untuk menanamkan kepercayaan kepada masyarakat maupun petani bahwa biodiesel lebih menguntungkan dibandingkan BBM. Termasuk pemerintah untuk mampu memberikan kebijakan dan rencana yang solutif dalam hal pengembangan biodiesel di Indonesia.  
            Salah satu permasalahan yang menjadi pembicaraan dunia selain masalah krisis pangan adalah masalah krisis energi. Ketika bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi yang tidak dapat didaur ulang (non renewable energy), lama kelamaan persediaan bahan bakar minyak mulai menipis dan mahal. Ekonomi kita bergantung dari ekonomi minyak bumi. Namun, zaman minyak murah sudah berakhir. Dengan harga sekarang US$ 60 per barrel, 1 Dimuat di Majalah Tempo, Edisi Khusus, 21 Agustus 2005 “Merawat Indonesia” besarnya subsidi Pemerintah untuk BBM mencapai 25% dari APBN, atau Rp 130 triliun setahun. Angka ini, sudah melampaui seluruh penerimaan negara dari migas tahun 2004 yang besarnya Rp 120 triliun. Maka banyak negara berusaha keras mencari sumber energi alternatif. Negara-negara tersebut tidak mau terus-menerus bergantung pada BBM yang mahal dan menguras devisa.
            Penggantian bahan bakar minyak atau energi fosil (solar, minyak tanah dan minyak bakar) telah gencar dilakukan oleh beberapa negara di dunia. Alternatif yang paling banyak gencar dilakukan adalah berupa sumber energi hijau yang terbarukan (biofuel). Beberapa komoditi yang digunakan diantaranya : kelapa, kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, dan lain-lain. Jarak Pagar disebut dalam sebuah acara di depan Presiden beberapa waktu lalu, pimpinan Pertamina menyampaikan BBM (bahan bakar minyak) alternatif murah yang dapat diproduksi dengan biaya di bawah Rp 2.000,- per liter, terbuat dari biji minyak jarak pagar (Jatropha Oil). Namun, Indonesia yang merupakan negara agraris dengan sumber daya alam yang besar masih belum mampu secara optimal mengelola sistem agribisnis dari komoditi yang dapat menjadi sumber energi terbarukan seperti jarak pagar.
            Pengetahuan akan jarak pagar baik budidaya, pengolahan serta pemanfaatannya ternyata masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia. Masalah jarak pagar juga masih menjadi dilema bagi petani Indonesia untuk membudidayakan komoditi penghasil minyak ini karena harganya yang masih relatif rendah. Selain itu tahap subsistem hilir khususnya agroindustri komoditi ini masih belum gencar diusahakan di Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis dan morfologi serta potensi yang dimiliki jarak pagar
2. Mengetahui agroindustri dan pemasaran jarak pagar
3. Mengetahui prospek pengembangan biodiesel jarak pagar dan kebijakan yang telah diterapkan serta rencana kebijakan yang diperlukan untuk pengembangan biodiesel di Indonesia.
Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku). (www.wikipedia.com).
Jarak pagar termasuk dalam familia Euphorbiaceae satu famili dengan tanaman karet dan ubikayu. Adapun klssifikasi Jarak  pagar sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus             : Jatropha
Spesies             : Jatropha curcas L.
Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang berkayu bulat dan mengandung banyak getah. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Pohon ini berkisar 4-5 meter dengan  ranting yang mengandung banyak cairan getah. Lebar daunnya kira-kira 15 cm. Bunganya kecil berwarna kuning kehijauan dan tumbuh berkelompok. Buahnya berbentuk bujur telur, licin, dan akan berganti warna, dari hijau ke kuning. Bila kering menjadi berwarna hitam. Bila telah masak, akan merekah dan mengeluarkan biji berwarna hitam. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan  pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. (Astuti, 2010)
Jarak pagar dapat digunakan untuk mereklamasi lahan-lahan tererosi dan dapat menyerap pencemaran udara yang disebabkan oleh gas CO2 (Karbon Dioksida), NOx, dan SOx. Kemapuan jarak pagar menyerap gas CO2 dari atmosfir cukup tinggi, sebesar 1,8 kg bagian kering tanaman. Jatropha curcas juga tahan terhadap stress air, sehingga cocok ditanam di daerah yang kekurangan air. Pada musim kemarau dapat menggugurkan daunnya, tetapi akarnya mampu menahan air dan tanah, sehingga disebut juga sebagai tanaman pioner, tanaman penahan erosi dan dapat mengurangi kecepatan angin. Jadi usaha penghijauan dengan Jarak pagar sangat bermanfaat.
Di samping itu juga bermanfaat sebagai bahan baku berbagai macam obat-obatan, pembuatan sabun, cat dan kosmetika. Ampas bijinya merupakan sumber pupuk organik dan pakan ternak setelah mengalami proses Detoksifikasi. (penghilangan racun).
Menurut Dr. A.P. Dharma bahwa air perasan daun jarak pagar yang kental dapat digunakan sebagai peluntur, obat kumur, sampai pencuci borok. Sedangkan minyak yang dicampur dengan belerang, parafin dan beberapa tetes terpentin dapat digunakan untuk mengobati luka. Di daerah pedesaan, getah jarak pagar yang berwarna jernih kekuningan sering digunakan sebagai obat tradisional untuk obat tetes pada telapak kaki yang terkena kutu air dan bercak. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai obat pembasmi cacing kremi dengan cara 5 lembar daun jarak pagar ditumbuk, kemudian ditambah 1 sendok teh minyak kelapa, lalu ditempelkan pada dubur semalam ketika anak-anak sedang tidur dan dibersihkan keesok harinya.
Potensi yang terpenting adalah pemanfaatan biji jarak pagar menjadi minyak mentah. Minyak mentah ini kemudian dapat menghasilkan biodiesel, minyak goreng, dan gliserin yang merupakan bahan baku industri sabun, farmasi dan kosmetik.  
2.2 Agroindustri dan Pemasaran Jarak Pagar
2.2.1 Agroindustri Jarak Pagar
Seperti yang telah disebutkan di atas, jarak pagar memiliki beberapa potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi yang menjadi keunggulan dan saat ini sedang dan akan diupayakan adalah potensi minyak yang dikandung biji jarak pagar. Minyak biji pagar ini secara umum setelah proses pemberian alkohol akan menghasilkan ester, biodiesel (asam-asam lemak) (Astuti, 2010).
Sebelum ke tahap pascapanen, penanganan proses panen biji pagar jarak menjadi sangat penting. Panen biji perlu dilakukan secara benar agar tidak diperoleh biji hampa, kadar minyak rendah, dan bahkan akan menyebabkan minyak menjadi asam. Berikut beberapa cara penanganan biji di lapangan :
·      Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan ciri kulitnya hitam atau kulit buah terbuka.
·      Cara pemanenan yang efisien, yaitu buah diambil per malai dengan syarat jumlah buah yang matang lebih banyak dari buah mentah.
·      Buah sebelum disimpan terlebih dahulu dikeringkan untuk keperluan produksi minyak. Buah dapat langsung dikeringkan di bawah sinar matahari setiap hari sampai kulit buah mudah dipisahkan dari biji secara manual, tetapi untuk benih cukup diangin–anginkan atau dikeringkan di dalam oven suhu 600C.
Pemisahan kulit buah dilakukan dengan menggunakan tangan atau mesin. Selanjutnya, biji dikeringkan setiap hari sampai benar – benar kering (kadar air 7-10%). Setelah kering, biji disimpan di dalam kantong plastik. Kantong–kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam karung plastik yang ditutup rapat menggunakan tali, kemudian disimpan di atas lantai beralas bata atau papan. Kemasan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan lantai agar tidak lembab.
Dalam proses pengolahan biji jarak menjadi biodiesel, dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
A.  Proses pembuatan minyak jarak mentah atau crude jatropha oil (CJO)
1.      Biji jarak dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci secara manual atau dengan mesin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar